Friday, July 23, 2010

Too Much You Know, You Don’t Know





 Pikiran Rakyat, No 199 Tahun XLIV - Tahun Republik LXIV, edisi Sabtu, 17 Oktober 2009
Lebih baik menjadi pelukis yang luar biasa daripada menjadi dokter yang biasa-biasa saja. Pernyataan inilah yang sering diulang oleh ahli bedah bisnis, Rhenald Kasali (49). Akan tetapi bukan berarti dia ingin beralih profesi. Dia hanya mengkritisi banyaknya anak muda yang memilih jurusan atau sekolah, hanya karena sekolah atau jurusan itu favorit tanpa mempertimbangkan kebutuhannya. “Sistem yang ada pada pendidikan kita membuat siswa menjadi misalokasi”,  kata pengusaha yang juga pengajar di sejumlah perguruan tinggi ini.
Menurut dia, perguruan tinggi banyak mencetak lulusan di suatu bidang yang dianggap favorit, tetapi hanya melahirkan sedikit sekali lulusan di bidang tertentu yang sebenarnya sangat dibutuhkan. “Kalau saya, mending menjadi pelukis yang luar biasa daripada menjadi dokter yang biasa-biasa saja. Buat apa?”, kata pria kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1960 ini.

Hal ini pula yang mendasari dirinya bersama dengan dua pebisnis lainnya untuk mendirikan sebuah sekolah utnuk wirausahawan. Sekolah tersebut hanya memberikan kuliah dalam waktu tiga hari. Rhenald beralasan, tidak ingin memberikan ilmu yang tidak dibutuhkan oleh peserta didiknya. “Peserta didik sudah terlalu lama belajar di sekolah. Jadi, disini mereka hanya perlu belajar apa yang mereka ingin tahu”, kata pria yang sempat menjadi reporter ekonomi pada awal ’80-an ini.
Bukan hanya itu alasan alumnus Universitas Indonesia ini mempunyai prinsip sendiri soal pembelajaran. Menurut dia, sistem pendidikan yang dianut oleh sekolah di Indonesia terlalu banyak memberikan ilmu tetapi tidak mendalam dan tidak fokus, sehingga siswapun malah kebingungan. “Tahu tidak, menurut saya, too much you know, you don’t know (terlalu banyak Anda tahu malah jadi tidak tahu)”, katanya sambil tertawa. Pasalnya, ilmu yang kita pelajari di sekolah terlalu general sehingga tidak bisa fokus pada satu bidang.
 ***
Untuk sementara saya posting entri ini tanpa foto dari Rhenald Kasali

0 comment:

Post a Comment

Berkomentar berarti berpendapat
Berpendapat berarti berapresiasi
Berapresiasi berarti menghargai