Pikiran Rakyat, No 199 Tahun XLIV - Tahun Republik LXIV, edisi Sabtu, 17 Oktober 2009
Lebih baik menjadi pelukis yang luar biasa daripada menjadi
dokter yang biasa-biasa saja. Pernyataan inilah yang sering diulang oleh ahli
bedah bisnis, Rhenald Kasali (49). Akan tetapi bukan berarti
dia ingin beralih profesi. Dia hanya mengkritisi banyaknya anak muda yang
memilih jurusan atau sekolah, hanya karena sekolah atau jurusan itu favorit
tanpa mempertimbangkan kebutuhannya. “Sistem yang ada pada pendidikan kita
membuat siswa menjadi misalokasi”, kata pengusaha
yang juga pengajar di sejumlah perguruan tinggi ini.
Menurut dia, perguruan tinggi banyak mencetak lulusan di
suatu bidang yang dianggap favorit, tetapi hanya melahirkan sedikit sekali
lulusan di bidang tertentu yang sebenarnya sangat dibutuhkan. “Kalau saya,
mending menjadi pelukis yang luar biasa daripada menjadi dokter yang
biasa-biasa saja. Buat apa?”, kata pria kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1960 ini.
Hal ini pula yang mendasari dirinya bersama dengan dua
pebisnis lainnya untuk mendirikan sebuah sekolah utnuk wirausahawan. Sekolah tersebut
hanya memberikan kuliah dalam waktu tiga hari. Rhenald beralasan, tidak ingin
memberikan ilmu yang tidak dibutuhkan oleh peserta didiknya. “Peserta didik
sudah terlalu lama belajar di sekolah. Jadi, disini mereka hanya perlu belajar
apa yang mereka ingin tahu”, kata pria yang sempat menjadi reporter ekonomi
pada awal ’80-an ini.
Bukan hanya itu alasan alumnus Universitas Indonesia ini
mempunyai prinsip sendiri soal pembelajaran. Menurut dia, sistem pendidikan
yang dianut oleh sekolah di Indonesia terlalu banyak memberikan ilmu tetapi
tidak mendalam dan tidak fokus, sehingga siswapun malah kebingungan. “Tahu
tidak, menurut saya, too much you know,
you don’t know (terlalu banyak Anda tahu malah jadi tidak tahu)”, katanya
sambil tertawa. Pasalnya, ilmu yang kita pelajari di sekolah terlalu general
sehingga tidak bisa fokus pada satu bidang.
***
Untuk sementara saya posting entri ini tanpa foto dari Rhenald Kasali
0 comment:
Post a Comment
Berkomentar berarti berpendapat
Berpendapat berarti berapresiasi
Berapresiasi berarti menghargai