Wednesday, July 14, 2010

Adakah Gagal atau Sukses Itu?




Adakah gagal atau sukses itu? Sebuah pertanyaan yang memerlukan pemikiran mendalam. Memang, pertanyaan ini sederhana namun jawabannya tidak sesederhana itu. Pertama kita perlu mendefinisikan secara tepat, apa itu gagal. Kita juga perlu melihat makna gagal apakah yang banyak dipahami oleh orang saat ini adalah hanya sebuah opini atau makna sesungguhnya. Pada kenyataannya banyak orang yang mengatakan tidak ada gagal namun anehnya banyak orang yang sangat takut dengan gagal. Jika tidak ada gagal, mengapa orang masih takut dengan gagal?


Mari kita ilustrasikan dengan sebuah analogi. Misalnya seseorang ingin pergi ke kota lain, sebut saja dari Bandung ingin ke Jakarta karena berharap mendapatkan sesuatu di Jakarta. Kemudian dia pergi ke terminal di Bandung dan naik sebuah bisa. Ternyata saat dia sampai di terminal tujuan, dia tidak berada di Jakarta, tetapi malah ada di Banten. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah dia gagal sampai di Jakarta? Tidak? Yah, dia bukan gagal sampai Jakarta, tetapi dia belum sampai Jakarta karena kesalahan. Dia tinggal naik angkutan lain dan sampailah di Jakarta.

Saat dia sampai di Banten, dia bukan gagal, tetapi melakukan kesalahan. Yang namanya kesalahan, bisa diperbaiki. Lalu seperti apa yang disebut dengan gagal? OK, kembali ke analogi tadi. Kegagalan itu adalah dia tidak sampai ke Jakarta. Lalu dalam kondisi apa sehingga orang tersebut tidak sampai di Jakarta? Tidak punya ongkos dari Banten ke Jakarta? Bisa atasi? Bisa! Dia bisa mencari atau meminta uang dulu. Tidak tahu jalan ke Jakarta? Dia bisa bertanya? Lalu apa? Hanya ada dua hal yang menjadikan dia tidak sampai Jakarta. Pertama dia meninggal sebelum sampai ke Jakarta. Kedua dia menghentikan usahanya untuk pergi ke Jakarta.

Jika dia meninggal sebelum sampai ke Jakarta, apakah dia pantas disebut gagal? Jika dia pergi ke Jakarta dengan niat ibadah, insya Allah, meski dia tidak sempat sampai ke Jakarta, pahalanya sudah dia dapatkan. Jadi, dia tidak gagal. Jika demikian, berarti kegagalan itu terjadi saat dia menghentikan usahanya untuk pergi ke Jakarta. Tetapi, alasan dia menghentikan pergi ke Jakarta pun perlu kita teliti dulu. “Saya tidak melanjutkan pergi ke Jakarta sebab apa yang saya harapkan di Kota Jakarta, sudah saya dapatkan disini.” Kesalahan dia justru menghantarkan dia kepada sukses yang belum tentu dia dapatkan di Jakarta. Ini adalah sekenario Allah.

Jadi, adakah kegagalan itu? Pertama bedakan antara kegagalan dan kesalahan. Kedua “kegagalan” kita itu adalah sekenario Allah untuk memberikan yang terbaik bagi kita setelah kita berdo’a dan berikhtiar. Ketiga, kegagalan sebenarnya hanya bagi mereka yang menghentikan ikhtiar sebelum berhasil. Selama Anda masih mau berusaha dan bertawakal, tidak perlu takut gagal, karena tidak ada kegagalan bagi Anda.

***

Bagaimanakah Kesuksesan dalam Cara Pandang Islam?

“Jika Allah menolong kamu maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu..” (Q. S Ali Imran (3) : 160)

Bagaimana kita memahami pengertian hidup sukses? Dari mana harus memulai ketika kita ingin segera diperjuangkan? Tampak tak terlalu salah bila ada orang yang telah berhasil menempuh jenjang pendidikan tinggi bahkan lulusan luar negeri lalu menganggap diri, orang sukses. Mungkin juga seseorang yang gagal dalam menempuh jalur pendidikan formal belasan tahun lalu tetapi saat ini berani menepuk dada karena yakin bahwa diri telah mencapai sukses. Mengapa demikian? Karena ia telah memilih dunia wirausaha lalu berusaha keras tanpa mengenal lelah sehingga terwujudlah segala buah jerih payah itu dalam belasan perusahaan besar yang menguntungkan.

Seorang ayah dihari tua tersenyum puas karena telah berhasil mengayuh bahtera rumah tangga yang tentram dan bahagia sementara anak anak telah ia antar ke gerbang cakrawala keberhasilan hidup yang mandiri. Seorang kiai atau mubaligh juga berusaha mensyukuri kesuksesan hidup ketika jutaan umat telah menjadi jamaah yang setia dan telah menjadikan sebagai panutan sementara pesantren selalu dipenuh sesaki ribuan santri. Intinya, hak tiap orang untuk menentukan sendiri dari sudut pandang mana ia melihat kesuksesan hidup. Akan tetapi dari sudut pandang manakah seyogya seorang muslim dapat menilik diri sebagai orang yang telah meraih hidup sukses dalam urusan dunianya?
Membangun fondasi kalau kita hendak membangun rumah maka yang perlu terlebih dahulu dibuat dan diperkokoh adl fondasinya. Karena fondasi yang tak kuat sudah dapat dipastikan akan membuat bangunan cepat ambruk kendati dinding dan atap dibuat sekuat dan sebagus apapun. Sering terjadi menimpa sebuah perusahaan misal yang asal memiliki kinerja yg baik sehingga maju pesat tetapi ternyata ditengah jalan rontok. Padahal perusahaan tersebut tinggal satu dua langkah lagi menjelang sukses. Mengapa bisa demikian? Ternyata faktor penyebab adalah karena didalam merajalela ketidakjujuran penipuan intrik dan aneka kezhaliman lainnya.

Tak jarang pula terjadi sebuah keluarga tampak berhasil membina rumah tangga dan berkecukupan dalam hal materi. Sang suami sukses meniti karir dikantor, sang isteri pandai bergaul ditengah masyarakat sementara anak-anak pun berhasil menempuh jenjang studi hingga ke perguruan tinggi bahkan yang sudah bekerjapun beroleh posisi yang bagus. Namun, apa yg terjadi kemudian? Suatu ketika hancurlah keutuhan rumah tangga itu karena beberapa faktor yang mungkin mental mereka tak sempat dipersiapkan sejak sebelum untuk menghadapinya. Suami menjadi lupa diri karena harta gelar pangkat dan kedudukan sehingga tergelincir mengabaikan kesetiaan kepada keluarga. Isteripun menjadi lupa akan posisi sendiri terjebak dalam prasangka mudah iri terhadap sesama dan bahkan menjadi pendorong suami dalam berbagai perilaku licik dan curang. Anak-anakpun tak lagi menemukan ketenangan karena sehari-hari menonton keteladanan yang buruk dan menyantap harta yang tak berkah.

Lalu apa yg harus kita lakukan untuk merintis sesuatu secara baik? Alangkah indah dan mengesankan kalau kita meyakini satu hal bahwa tiada kesuksesan yang sesungguhnya kecuali kalau Allah Azza wa Jalla menolong segala urusan kita. Dengan kata lain apabila kita merindukan dapat meraih tangga kesuksesan maka segala aspek yang berkaitan dengan dimensi sukses itu sendiri harus disandarkan pada satu prinsip yakni sukses dengan dan karena pertolongan-Nya. Inilah yg dimaksud dengan fondasi yang tak bisa, tak harus diperkokoh sebelum kita membangun dan menegakkan menara gading kesuksesan.

Sunnatullah dan Inayatullah terjadi seseorang bisa mencapai sukses atau terhindar dari sesuatu yang tak diharapkan ternyata amat bergantung pada dua hal yakni sunnatullah dan inayatullah.

Sunatullah arti sunnah-sunnah Allah yang mewujud berupa hukum alam yang terjadi menghendaki proses sebab akibat sehingga membuka peluang bagi perekayasaan oleh perbuatan manusia. Contoh, seorang mahasiswa ingin menyelesaikan studi tepat waktu dan dengan predikat memuaskan. Keinginan itu bisa tercapai apabila ia bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam belajar mempersiapkan fisik dan pikiran dengan sebaik-baik lalu meningkatkan kuantitas dan kualitas belajar sedemikian rupa sehingga melebihi kadar dan cara belajar yang dilakukan rekan-rekannya. Dalam konteks sunnatullah sangat mungkin ia bisa meraih apa yang dicita-citakan itu. Akan tetapi, ada bis yg terjatuh ke jurang dan menewaskan seluruh penumpang tetapi seorang bayi selamat tanpa sedikitpun terluka. Seorang anak kecil yg terjatuh dari gedung lantai ketujuh ternyata tak apa-apa padahal secara logika terjatuh dari lantai dua saja ia bisa tewas. Sebalik mahasiswa yang telah bersungguh-sungguh berikhtiar tadi bisa saja gagal total hanya karena Allah menakdirkan ia sakit parah menjelang masa ujian akhir studi misalnya. Segala yang mustahil menurut akal manusia sama sekali tak ada yg mustahil bila inayatullah atau pertolongan Allah telah turun.

Demikian pula kalau kita berbisnis hanya mengandalkan ikhtiar akal dan kemampuan saja maka sangat mungkin akan memperoleh sukses karena toh telah menetapi prasyarat sunnatullah. Namun, bukankah rencana manusia tak mesti selalu sama dengan rencana Allah? Dan adakah manusia yg mengetahui persis apa yang menjadi rencanaNya atas manusia? Boleh saja kita berjuang habis-habisan karena dengan begitupun orang kafir toh memperoleh kesuksesan. Akan tetapi kalau ternyata Alloh menghendaki lain lantas kita mau apa? Mau kecewa? Kecewa sama sekali tak mengubah apapun. Lagipula kecewa yang timbul dihati tiada lain karena kita amat menginginkan rencana Allah itu selalu sama dengan rencana kita. Padahal Dialah penentu segala kejadian karena hanya Dia yang Maha Mengetahui hikmah dibalik segala kejadian.

Mengawali dengan dasar niat yang benar dan ikhlas semata mata demi ibadah kepada Allah. Berikhtiar dengan cara yang benar, kesungguhan yang tinggi, ilmu yang tepat sesuai yang diperlukan, jujur, lurus, tak suka menganiaya orang lain, dan tak mudah berputus asa. Senantiasa menggantungkan harap hanya kepada Nya semata, seraya menepis sama sekali dari berharap kepada makhluk. Memohon dengan segenap hati kepada Nya agar bisa sekira apa-apa yang tengah diikhtiarkan itu bisa membawa maslahat bagi diri mapun bagi orang lain kira Dia berkenan menolong memudahkan segala urusan kita. Dan tak lupa menyerahkan sepenuh segala hasil akhir kepada Dia Dzat Maha Penentu segala kejadian. Bila Allah sudah menolong maka siapa yang bisa menghalangi pertolongan-Nya? Walaupun bergabung jin dan manusia untuk menghalangi pertolongan yang diturunkan Allah atas seorang hamba Nya sekali-kali tak akan pernah terhalang karena Dia memang berkewajiban menolong hamba-hambaNya yang beriman.

“Jika Allah menolong kamu maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu. Jika Allah membiarkan kamu maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal” (Q. S Ali Imran (3) : 160)

***
3 konsep sukses menurut islam

Bismillahirrahmanirrahim

La haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim

Alhamdulillahirrabbil ‘alamin


Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, artinya dalam setiap langkah kita, kita harus mengawalinya dengan dengan doa atau bacaan basmalah. Setiap kita akan melakukan kegiatan haruslah didasari niat yang lurus dan baik yang baik terlebih dahulu. Bisa diartikan juga kita harus menyusun rencana yang bagus terlebih dahulu sebelum melangkah.

La haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah SWT, artinya saat kita mulai melangkah haruslah sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan itu, berdoa, dan berusaha. Berserahlah kepada Allah karena Dialah yang maha dahsyat kekuatannya. Pada hakekatnya hanya Allah yang bisa membuat kita berhasil atau gagal dalam melakukan usaha. Janganlah menyombongkan diri dengan kepandaian kita, kekayaan kita. Karena Allah yang Maha Menentukan.

Alhamdulillahirrabbil ‘alamin
Setelah kita meluruskan niat, berdoa dalam berusaha, dan mengerahkan semua kemampuan untuk mencapai keberhasilan, yang terakhir perlu kita lakukan adalah selalu bersyukur. Sesungguhnya Allah Maha Menentukan, Maha Tahu, Maha Berkehendak, Maha Bijaksana dan berkuasa atas segala sesuatunya. Semua yang kita alami di muka bumi ini, dari yang buruk hingga yang baik, dari yang batil hingga yang haq, dari kita hidup hingga kita mati, semuanya terjadi atas kehendak, ketentuan dan kebijaksanaan dari Allah. Nikmat dan musibah datang silih berganti. Ketika limpahan nikmatNya tercurah buat kita, seolah-olah kitalah yang menggapainya. Bahkan sering kita katakan inilah kerja kerasku, namun ketika musibah itu datang, tidak banyak diantara kita yang berani mengatakan ini juga akibat ulahku. Padahal kita tahu, hanya dua yang Allah minta dari kita yaitu bersyukur dikala mendapat nikmat dan bersabar saat ditimpa musibah. Semua itu tergantung cara pandang.

Saat orang bersyukur karena keberhasilannya, itu sudah sangat biasa terjadi, namun bila kita bersyukur saat kita mengalami kegagalan, itu yang luar biasa. Karena kebanyakan orang saat berhasil dia lupa siapa yang pada hakekatnya membuat dia berhasil, dan saat gagal dia mengumpat Allah habis-habisan. Saat seseorang tetap bersyukur meski dalam kondisi terpuruk, maka dia tetep sukses dalam hidupnya.
Wallahu a’lam

Sumber:
Adakah gagal itu?
Kunci Hidup Sukses
Sukses Menurut Islam

0 comment:

Post a Comment

Berkomentar berarti berpendapat
Berpendapat berarti berapresiasi
Berapresiasi berarti menghargai