Adakah gagal atau sukses itu? Sebuah pertanyaan yang memerlukan 
pemikiran mendalam. Memang, pertanyaan ini sederhana namun jawabannya 
tidak sesederhana itu. Pertama kita perlu mendefinisikan secara tepat, 
apa itu gagal. Kita juga perlu melihat makna gagal apakah yang banyak 
dipahami oleh orang saat ini adalah hanya sebuah opini atau makna 
sesungguhnya. Pada kenyataannya banyak orang yang mengatakan tidak ada 
gagal namun anehnya banyak orang yang sangat takut dengan gagal. Jika 
tidak ada gagal, mengapa orang masih takut dengan gagal?
Mari kita ilustrasikan dengan sebuah analogi. Misalnya seseorang ingin 
pergi ke kota lain, sebut saja dari Bandung ingin ke Jakarta karena 
berharap mendapatkan sesuatu di Jakarta. Kemudian dia pergi ke terminal 
di Bandung dan naik sebuah bisa. Ternyata saat dia sampai di terminal 
tujuan, dia tidak berada di Jakarta, tetapi malah ada di Banten. Yang 
menjadi pertanyaan adalah, apakah dia gagal sampai di Jakarta? Tidak? 
Yah, dia bukan gagal sampai Jakarta, tetapi dia belum sampai Jakarta 
karena kesalahan. Dia tinggal naik angkutan lain dan sampailah di 
Jakarta.
Saat dia sampai di Banten, dia bukan gagal, tetapi melakukan kesalahan. 
Yang namanya kesalahan, bisa diperbaiki. Lalu seperti apa yang disebut 
dengan gagal? OK, kembali ke analogi tadi. Kegagalan itu adalah dia 
tidak sampai ke Jakarta. Lalu dalam kondisi apa sehingga orang tersebut 
tidak sampai di Jakarta? Tidak punya ongkos dari Banten ke Jakarta? Bisa
 atasi? Bisa! Dia bisa mencari atau meminta uang dulu. Tidak tahu jalan 
ke Jakarta? Dia bisa bertanya? Lalu apa? Hanya ada dua hal yang 
menjadikan dia tidak sampai Jakarta. Pertama dia meninggal sebelum 
sampai ke Jakarta. Kedua dia menghentikan usahanya untuk pergi ke 
Jakarta.
Jika dia meninggal sebelum sampai ke Jakarta, apakah dia pantas disebut 
gagal? Jika dia pergi ke Jakarta dengan niat ibadah, insya Allah, meski 
dia tidak sempat sampai ke Jakarta, pahalanya sudah dia dapatkan. Jadi, 
dia tidak gagal. Jika demikian, berarti kegagalan itu terjadi saat dia 
menghentikan usahanya untuk pergi ke Jakarta. Tetapi, alasan dia 
menghentikan pergi ke Jakarta pun perlu kita teliti dulu. “Saya tidak 
melanjutkan pergi ke Jakarta sebab apa yang saya harapkan di Kota 
Jakarta, sudah saya dapatkan disini.” Kesalahan dia justru menghantarkan
 dia kepada sukses yang belum tentu dia dapatkan di Jakarta. Ini adalah 
sekenario Allah.
Jadi, adakah kegagalan itu? Pertama bedakan antara kegagalan dan 
kesalahan. Kedua “kegagalan” kita itu adalah sekenario Allah untuk 
memberikan yang terbaik bagi kita setelah kita berdo’a dan berikhtiar. 
Ketiga, kegagalan sebenarnya hanya bagi mereka yang menghentikan ikhtiar
 sebelum berhasil. Selama Anda masih mau berusaha dan bertawakal, tidak 
perlu takut gagal, karena tidak ada kegagalan bagi Anda.
***
Bagaimanakah Kesuksesan dalam Cara Pandang Islam?
“Jika Allah menolong kamu maka tak ada orang yang dapat mengalahkan 
kamu..” (Q. S Ali Imran (3) : 160)
Bagaimana kita memahami pengertian hidup sukses? Dari mana harus 
memulai ketika kita ingin segera diperjuangkan? Tampak tak terlalu salah
 bila ada orang yang telah berhasil menempuh jenjang pendidikan tinggi 
bahkan lulusan luar negeri lalu menganggap diri, orang sukses. Mungkin 
juga seseorang yang gagal dalam menempuh jalur pendidikan formal belasan
 tahun lalu tetapi saat ini berani menepuk dada karena yakin bahwa diri 
telah mencapai sukses. Mengapa demikian? Karena ia telah memilih dunia 
wirausaha lalu berusaha keras tanpa mengenal lelah sehingga terwujudlah 
segala buah jerih payah itu dalam belasan perusahaan besar yang 
menguntungkan.
Seorang ayah dihari tua tersenyum puas karena telah berhasil mengayuh 
bahtera rumah tangga yang tentram dan bahagia sementara anak anak telah 
ia antar ke gerbang cakrawala keberhasilan hidup yang mandiri. Seorang 
kiai atau mubaligh juga berusaha mensyukuri kesuksesan hidup ketika 
jutaan umat telah menjadi jamaah yang setia dan telah menjadikan sebagai
 panutan sementara pesantren selalu dipenuh sesaki ribuan santri. Intinya,
 hak tiap orang untuk menentukan sendiri dari sudut pandang mana ia 
melihat kesuksesan hidup. Akan tetapi dari sudut pandang manakah 
seyogya seorang muslim dapat menilik diri sebagai orang yang telah 
meraih hidup sukses dalam urusan dunianya? 
Membangun fondasi kalau kita hendak membangun rumah maka yang perlu 
terlebih dahulu dibuat dan diperkokoh adl fondasinya. Karena fondasi 
yang tak kuat sudah dapat dipastikan akan membuat bangunan cepat ambruk 
kendati dinding dan atap dibuat sekuat dan sebagus apapun. Sering 
terjadi menimpa sebuah perusahaan misal yang asal memiliki kinerja yg 
baik sehingga maju pesat tetapi ternyata ditengah jalan rontok. Padahal 
perusahaan tersebut tinggal satu dua langkah lagi menjelang sukses. 
Mengapa bisa demikian? Ternyata faktor penyebab adalah karena didalam 
merajalela ketidakjujuran penipuan intrik dan aneka kezhaliman lainnya. 
Tak jarang pula terjadi sebuah keluarga tampak berhasil membina rumah 
tangga dan berkecukupan dalam hal materi. Sang suami sukses meniti karir
 dikantor, sang isteri pandai bergaul ditengah masyarakat sementara 
anak-anak pun berhasil menempuh jenjang studi hingga ke perguruan tinggi
 bahkan yang sudah bekerjapun beroleh posisi yang bagus. Namun, apa yg 
terjadi kemudian? Suatu ketika hancurlah keutuhan rumah tangga itu 
karena beberapa faktor yang mungkin mental mereka tak sempat 
dipersiapkan sejak sebelum untuk menghadapinya. Suami menjadi lupa diri 
karena harta gelar pangkat dan kedudukan sehingga tergelincir 
mengabaikan kesetiaan kepada keluarga. Isteripun menjadi lupa akan 
posisi sendiri terjebak dalam prasangka mudah iri terhadap sesama dan 
bahkan menjadi pendorong suami dalam berbagai perilaku licik dan curang.
 Anak-anakpun tak lagi menemukan ketenangan karena sehari-hari menonton 
keteladanan yang buruk dan menyantap harta yang tak berkah.
Lalu apa yg harus kita lakukan untuk merintis sesuatu secara baik? Alangkah
 indah dan mengesankan kalau kita meyakini satu hal bahwa tiada 
kesuksesan yang sesungguhnya kecuali kalau Allah Azza wa Jalla menolong 
segala urusan kita. Dengan kata lain apabila kita merindukan dapat 
meraih tangga kesuksesan maka segala aspek yang berkaitan dengan dimensi
 sukses itu sendiri harus disandarkan pada satu prinsip yakni sukses 
dengan dan karena pertolongan-Nya. Inilah yg dimaksud dengan fondasi 
yang tak bisa, tak harus diperkokoh sebelum kita membangun dan 
menegakkan menara gading kesuksesan. 
Sunnatullah dan Inayatullah terjadi seseorang bisa mencapai sukses atau 
terhindar dari sesuatu yang tak diharapkan ternyata amat bergantung pada
 dua hal yakni sunnatullah dan inayatullah. 
Sunatullah arti sunnah-sunnah Allah yang mewujud berupa hukum alam yang 
terjadi menghendaki proses sebab akibat sehingga membuka peluang bagi 
perekayasaan oleh perbuatan manusia. Contoh, seorang mahasiswa ingin 
menyelesaikan studi tepat waktu dan dengan predikat memuaskan. Keinginan
 itu bisa tercapai apabila ia bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam 
belajar mempersiapkan fisik dan pikiran dengan sebaik-baik lalu 
meningkatkan kuantitas dan kualitas belajar sedemikian rupa sehingga 
melebihi kadar dan cara belajar yang dilakukan rekan-rekannya. Dalam 
konteks sunnatullah sangat mungkin ia bisa meraih apa yang 
dicita-citakan itu. Akan tetapi, ada bis yg terjatuh ke jurang dan 
menewaskan seluruh penumpang tetapi seorang bayi selamat tanpa 
sedikitpun terluka. Seorang anak kecil yg terjatuh dari gedung lantai 
ketujuh ternyata tak apa-apa padahal secara logika terjatuh dari lantai 
dua saja ia bisa tewas. Sebalik mahasiswa yang telah bersungguh-sungguh 
berikhtiar tadi bisa saja gagal total hanya karena Allah menakdirkan ia 
sakit parah menjelang masa ujian akhir studi misalnya. Segala yang 
mustahil menurut akal manusia sama sekali tak ada yg mustahil bila 
inayatullah atau pertolongan Allah telah turun.
Demikian pula kalau kita berbisnis hanya mengandalkan ikhtiar akal dan 
kemampuan saja maka sangat mungkin akan memperoleh sukses karena toh 
telah menetapi prasyarat sunnatullah. Namun, bukankah rencana manusia
 tak mesti selalu sama dengan rencana Allah? Dan adakah manusia yg 
mengetahui persis apa yang menjadi rencanaNya atas manusia? Boleh saja 
kita berjuang habis-habisan karena dengan begitupun orang kafir toh
 memperoleh kesuksesan. Akan tetapi kalau ternyata Alloh menghendaki 
lain lantas kita mau apa? Mau kecewa? Kecewa sama sekali tak mengubah 
apapun. Lagipula kecewa yang timbul dihati tiada lain karena kita 
amat menginginkan rencana Allah itu selalu sama dengan rencana kita. 
Padahal Dialah penentu segala kejadian karena hanya Dia yang Maha 
Mengetahui hikmah dibalik segala kejadian.
Mengawali dengan dasar niat yang benar dan ikhlas semata mata demi 
ibadah kepada Allah. Berikhtiar dengan cara yang benar, kesungguhan yang
 tinggi, ilmu yang tepat sesuai yang diperlukan, jujur, lurus, tak suka 
menganiaya orang lain, dan tak mudah berputus asa. Senantiasa 
menggantungkan harap hanya kepada Nya semata, seraya menepis sama sekali
 dari berharap kepada makhluk. Memohon dengan segenap hati kepada Nya 
agar bisa sekira apa-apa yang tengah diikhtiarkan itu bisa membawa 
maslahat bagi diri mapun bagi orang lain kira Dia berkenan menolong 
memudahkan segala urusan kita. Dan tak lupa menyerahkan sepenuh segala 
hasil akhir kepada Dia Dzat Maha Penentu segala kejadian. Bila Allah 
sudah menolong maka siapa yang bisa menghalangi pertolongan-Nya? 
Walaupun bergabung jin dan manusia untuk menghalangi pertolongan yang 
diturunkan Allah atas seorang hamba Nya sekali-kali tak akan pernah 
terhalang karena Dia memang berkewajiban menolong hamba-hambaNya yang 
beriman.
“Jika Allah menolong kamu maka tak ada orang yang dapat mengalahkan 
kamu. Jika Allah membiarkan kamu maka siapakah gerangan yang dapat 
menolong kamu dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah 
saja orang-orang mukmin bertawakal” (Q. S Ali Imran (3) : 160)
***
3 konsep sukses menurut islam
Bismillahirrahmanirrahim
La haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim
Alhamdulillahirrabbil ‘alamin
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, 
artinya dalam setiap langkah kita, kita harus mengawalinya dengan dengan
 doa atau bacaan basmalah. Setiap kita akan melakukan kegiatan 
haruslah didasari niat yang lurus dan baik yang baik terlebih dahulu.
 Bisa diartikan juga kita harus menyusun rencana yang bagus terlebih 
dahulu sebelum melangkah.
La haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah SWT, artinya saat 
kita mulai melangkah haruslah sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan 
itu, berdoa, dan berusaha. Berserahlah kepada Allah karena Dialah yang 
maha dahsyat kekuatannya. Pada hakekatnya hanya Allah yang bisa 
membuat kita berhasil atau gagal dalam melakukan usaha. Janganlah 
menyombongkan diri dengan kepandaian kita, kekayaan kita. Karena Allah 
yang Maha Menentukan.
Alhamdulillahirrabbil ‘alamin
Setelah kita meluruskan niat, berdoa dalam berusaha, dan mengerahkan 
semua kemampuan untuk mencapai keberhasilan, yang terakhir perlu kita 
lakukan adalah selalu bersyukur. Sesungguhnya Allah Maha Menentukan, 
Maha Tahu, Maha Berkehendak, Maha Bijaksana dan berkuasa atas segala 
sesuatunya. Semua yang kita alami di muka bumi ini, dari yang buruk 
hingga yang baik, dari yang batil hingga yang haq, dari kita hidup 
hingga kita mati, semuanya terjadi atas kehendak, ketentuan dan 
kebijaksanaan dari Allah. Nikmat dan musibah datang silih berganti. 
Ketika limpahan nikmatNya tercurah buat kita, seolah-olah kitalah yang 
menggapainya. Bahkan sering kita katakan inilah kerja kerasku, namun 
ketika musibah itu datang, tidak banyak diantara kita yang berani 
mengatakan ini juga akibat ulahku. Padahal kita tahu, hanya dua yang 
Allah minta dari kita yaitu bersyukur dikala mendapat nikmat dan 
bersabar saat ditimpa musibah. Semua itu tergantung cara pandang.
Saat orang bersyukur karena keberhasilannya, itu sudah sangat biasa 
terjadi, namun bila kita bersyukur saat kita mengalami kegagalan, itu 
yang luar biasa. Karena kebanyakan orang saat berhasil dia lupa siapa 
yang pada hakekatnya membuat dia berhasil, dan saat gagal dia mengumpat 
Allah habis-habisan. Saat seseorang tetap bersyukur meski dalam kondisi 
terpuruk, maka dia tetep sukses dalam hidupnya.
Wallahu a’lam
Sumber:
Adakah gagal 
itu? 
Kunci
 Hidup Sukses 
Sukses
 Menurut Islam
Wednesday, July 14, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)










0 comment:
Post a Comment
Berkomentar berarti berpendapat
Berpendapat berarti berapresiasi
Berapresiasi berarti menghargai