Jika kuliah di kedokteran semakin mahal, itu wajar. Dokter bekerja untuk keselamatan nyawa manusia. Tentu untuk melakukan pekerjaan serupa itu diperlukan bukan hanya orang yang cerdas secara kognitif, tapi juga diperlukan ketajaman analisa dan kecekatan dalam bertindak. Nah, sekolah – sekolah kedokteran lah yang berkewajiban melatih calon – calon dokter itu. Belum lagi kalau membicarakan tentang perlengkapan yang harus dipakai untuk melatih mereka.





Dengan bertambahnya waktu, biaya kuliah yang sudah mahal, akan semakin mahal. Maka, tidak heran jika kemudian hanya orang – orang yang memiliki uang saja yang mampu menyekolahkan anak – anak mereka di kedokteran. Sedang bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan financial, meskipun memiliki kecerdasan di atas rata – rata, tentu harus mengurungkan niatnya untuk kuliah di kedokteran.

Mengingat masa depan dokter di Negara kita ini masih sangat cerah, banyak dikhawatirkan jika nanti fakultas kedokteran itu diperjual belikan. Orang – orang yang sebenarnya tidak memiliki spesifikasi untuk menjadi dokter, namun karena memiliki banyak uang, bisa masuk di kedokteran. Taruhlah misalnya jika sebuah universitas mengajukan beberapa tingkatan uang sumbangan yang harus disumbangkan oleh calon mahasiswa kedokteran. Orang yang berduit, tentu akan berlomba – lomba menyumbangkan sebanyak mungkin uang. Dan, kemungkinan besar, orang yang menyumbang lebih besar yang akan diterima.

Memang dikatakan bahwa sumbangan uang kuliah yang sedemikian besar itu sebagian digunakan untuk menyubsidi mahasiswa yang tidak mampu. Namun, bukan itu masalahnya. Masalah terbesarnya adalah jika kemudian orang – orang yang sebenarnya tidak cakap untuk menjadi dokter, diterima di fakultas kedokteran dengan menyisihkan orang – orang yang cakap.

Entah karena disebabkan oleh orang yang sebenarnya tidak cakap untuk menjadi dokter atau bukan, nyatanya beberapa saat yang lalu ada sebuah kejadian yang menggelikan sekaligus mengerikan berkaitan dengan dunia kedokteran ini. Ada orang yang datang ke rumah sakit karena sakit perut yang akut. Seorang dokter spesialis dalam, ingat, dokter spesialis dalam, mengatakan bahwa ini disebabkan oleh infeksi usus buntu dan harus segera dioperasi saat itu juga.

Untung ada anggota keluarga yang meminta agar si pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar di luar kota. Meski dengan intimidasi, akhirnya si pasien dilepas ke luar kota. Di rumah sakit kota itulah diketahui bahwa si pasien hanya mengalami kram perut!.

Kita geli karena ada dokter spesialis dalam yang kualitasnya seperti itu. Tapi juga sangat ngeri jika suatu saat nanti kita akan menjadi korban dari seorang dokter “abal – abal” yang ngawur seperti itu.

Biaya kuliah yang mahal, tentu kita maklumi. Namun, jika masalah biaya ini malah hanya menjadi ajang penjaringan bagi calon mahasiswa yang kaya (tapi bodoh) dari calon mahasiswa yang miskin (meski cerdas),  kita semua tahu bahwa harus ada perbaikan yang mesti segera dilakukan.

Sumber:
http://skuul.wordpress.com/2010/07/30/kuliah-di-kedokteran-semakin-mahal/